Friday, May 4, 2012

The Brutal Sweet Romance ☠

Kali ini aku posting pake bahasa Indonesia ya, soalnya aku mau cerita tentang Radit dan Jani (◠‿◠)

Ada yang tau atau pernah nonton atau mungkin baca novelnya?
Aku belum pernah nonton filmnya sih, cuma baca novelnya. Waktu itu kebetulan ada tugas sekolah yang disuruh baca novel terus disuruh buat sinopsisnya, dll. Aku iseng milih novel ini, soalnya keliatannya menarik. Sama ada satu hal yang buat aku lebih tertarik lagi untuk baca novel ini, yaitu tulisan "Brutally Romantic" di cover novelnya. Menurutku itu sesuatu yang unik, kan jarang ada sebuah hubungan yang romantis tapi juga brutal.
Dan ternyata setelah aku baca, aku jadi suka sama cerita ini.
Jarang-jarang ada novel yang ceritanya kayak gini. Biasanya yang aku sering baca ya novel-novel teenlit yang ceritanya mudah ditebak, soalnya ya cuma gitu-gitu aja ceritanya. Lama-lama bosan juga jadinya.
Tapi pas baca novelnya Radit dan Jani, rasanya beda, pembacanya dibuat jadi penasaran terus dan rasanya bisa kebawa perasaan. Ya emang sih, Radit dan Jani itu bukan novel teenlit. Lebih tepatnya novel yang diadaptasi dari film layar lebar. Tapi menurutku novel ini patut diacungi jempol. Selain karena ceritanya yang beda dari novel-novel biasanya, aku suka gaya penulisnya yang blak-blakan. Pembacanya juga jadi lebih gampang untuk mencerna ceritanya.

Radit dan Jani adalah sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2008. Memang film ini bukan film baru, tapi kebetulan aku baru-baru ini baca novelnya. Film yang disutradarai oleh Upi Avianto ini dibintangi oleh oleh Vino Bastian dan Fahrani.

Singkat ceritanya, Radit dan Jani adalah pasangan muda yang nekat menikah walaupun mendapat tentangan dari orang tua Jani. Tanpa bekal uang dan pekerjaan tetap, kehidupan yang keras harus mereka jalani. Apalagi ketergantungan Radit terhadap obat-obatan terlarang membuat langkah mereka semakin berat. Namun, kekuatan cinta mereka membuat semua kepahitan hidup jadi samar.

Pada suatu hari, Jani mendapati dirinya hamil. Mereka pun sadar bahwa hidup mereka harus berubah. Radit berusaha keras untuk mendapatkan penghasilan tetap dan berhenti menggunakan narkoba, agar ia bisa membahagiakan Jani dan memberi masa depan kepada anak mereka.

Film ini sempat dinominasikan dalam  Festival Film Indonesia 2008, Independent Film Award, dan Indonesian Movie Awards. Bahkan Vino Bastian & Fahrani memenangkan penghargaan Best Couple lewat film ini.

Aku kurang tau versi filmnya gimana, tapi biasanya versi novel lebih detail dari filmnya.

Radit yang orangnya posesif, cemburuan, dan gak bisa ngendaliin emosinya benar-benar memuja Jani, istrinya. Setiap kali dia merasa cemburu, atau ngeliat Jani dijailin cowo lain, Radit pasti langsung ambil tindakan. Sampai-sampai pernah suatu kali Jani dipecat dari cafe tempatnya bekerja karena Radit melawan bosnya yang lagi memarahi Jani sambil memegang-megang lengannya. Radit mendorong bosnya sampai menabrak bar dan membuat botol-botol vodka berjatuhan. Gaji Jani yang gak seberapa gak bisa mengganti rugi peristiwa itu, sehingga bosnya memecatnya.

Jani sebenarnya sudah lelah dan muak dengan sikap Radit yang terlalu posesif. Tapi, setiap kali dia ngrasa capek akan sikap Radit, selalu pada saat itu perasaan muaknya luluh karena perkataan kekasihnya. Radit selalu minta maaf dan bilang kalau Jani itu miliknya seorang, dan dia bersumpah dia gak mau membagi Jani dengan siapapun.

Banyak sekali hal-hal romantis yang aku temukan waktu aku baca novel ini. Dari perkataan-perkataan Radit buat Jani, perlakuannya, dan juga pengorbanannya. 

Jani sebenarnya lahir di keluarga yang mampu dan harmonis. Sedangkan Radit cuma anak band yang tubuhnya penuh tattoo dan hidup sebatang kara, dulunya dia seorang pengamen yang keliling dari satu bus ke bus yang lain. Tapi, mereka saling jatuh cinta sejak pertemuan pertama mereka di kampus Jani waktu Radit lagi manggung bersama bandnya. Radit jatuh cinta pada Jani karena mendengar tawa lepas Jani, dia belum pernah mendengar tawa orang yang begitu lepas dan merdeka. Setelah berkenalan, Jani pun sering menemani Radit saat band-nya ada job-job manggung.

Orang tua Jani melarangnya untuk bergaul dengan Radit. Mereka menganggap Radit adalah pengaruh buruk. Apalagi waktu ayah Jani tahu bahwa Jani ternyata punya tattoo di betis dan di bawah pusarnya. Tapi Jani bilang bahwa dia sudah punya tattoo itu sebelum bertemu Radit. Meski orang tuanya sudah melarang, tapi keinginannya untuk terus bersama Radit, dan dipujanya membuat Jani tetap bersikeras untuk menikah dengan Radit. Adik laki-laki Jani, Abi juga ikut-ikutan membenci Radit. Mama Jani cuma bisa pasrah, meski dia selalu tunduk pada papanya, namun dia selalu bisa mengerti kemauan Jani. Itu yang membuat Jani sangat menyayangi mamanya dibandingkan papanya. Sedangkan papanya gak pernah menyukai Radit dan selalu bersikap dingin bahkan memaki-maki Radit. Jani nekat kabur dari rumah dan tinggal berdua bersama Radit saat pernikahan mereka gak disetujui. Orang tuanya yang gak mau anaknya dianggap kumpul kebo bersama seorang pecundang akhirnya menikahkan mereka.

Radit memanggil Jani "Bodoh", begitu juga sebaliknya. "Bodoh" jadi panggilan sayang mereka. Menurutku itu suatu hal yang lucu dan romantis. Memanggil orang yang dicintai dengan panggilan Bodoh.

Setelah mereka menikah, banyak sekali kesulitan yang mereka hadapi. Mulai dari keluarnya Radit dari band yang selama ini dia bangun, susahnya mencari pekerjaan tetap karena setiap kali dia mendapatkan pekerjaan selalu ada saja hal yang membuat dia dikeluarkan. Begitu juga dengan Jani, dia juga susah payah mencari pekerjaan. Untuk makan saja mereka susah, apalagi untuk keperluan yang lain. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menjadi "partner in crime", mereka mengutil di mini market yang biasanya menjadi sasaran utama mereka. Demi mendapatkan beberapa makanan, kebutuhan perawatan pribadi, beberapa botol bir, vodka, dan rokok.

Mereka juga sering ngerampok barang-barang mahal seperti HP, kamera digital, dan jam tangan lalu dijual ke penadah sehingga mereka mendapatkan cukup banyak uang. Tapi, kebiasaan Radit yaitu ngobat juga sering membuat uang yang sudah mereka dapat itu terbuang sia-sia untuk membeli barang. Jani gak suka kebiasaan Radit yang seperti itu, dan dia ingin Radit berhenti.


Hingga suatu hari Jani sadar bahwa dirinya hamil, sejak saat itu mereka sadar hidup mereka harus berubah. Radit berusaha untuk mencari kerja dengan penghasilan tetap, bahkan menelan egonya untuk meminta maaf pada mantan teman-teman band-nya supaya ia bisa kembali gabung bersama mereka. Tapi usahanya gak berhasil karena band-nya sudah memiliki frontman baru dan mereka gak menyukai kelakuan Radit.

Meski papa Jani gak mau membantu mereka sedikitpun dan malah memaki-maki mereka, Abi masih punya hati yang baik. Dia memberikan semua sisa uang tabungannya pada Jani untuk membayar tunggakan listrik dan kontrakan. Radit bekerja di toko material menjadi kuli. Dia berjuang mati-matian suapaya nantinya dia bisa membahagiakan Jani dan anaknya. Sedangkan Jani sudah gak bekerja lagi karena dia harus banyak beristirahat demi kandungannya.

Ketergantungan Radit akan candu obat masih belum bisa dikalahkan. Suatu malam dia sakauw, Jani sengaja menguncinya di kamar agar Radit tidak bisa pergi ke tempat bandar dan memakai zat laknat itu lagi. Jani berharap Radit bisa menahan diri demi dia dan kandungannya. Tapi usahanya gak berhasil, Radit gak bisa menahan dan malah memaki Jani supaya dia membukakan pintunya. Jani yang gak tahan dan gak ingin radit tersiksa pun akhirnya membukakan pintunya. Radit langsung lari ke tempat bandar. Hati Jani hancur karena radit lebih memilih racun itu ketimbang dirinya.

Suatu hari kandungan Jani memburuk, dia mengalami pendarahan dan harus dirawat di RS. Radit bingung mencari pinjaman uang untuk membiayai biaya RS Jani. Dia yang sudah kerja di club menjadi seorang tukang pukul pun rela untuk meminum kencing teman kerjanya sendiri di depan umum demi mendapatkan pinjaman uang. Dia pun langsung memakai uang itu untuk membeli obat Jani. Tapi sesudah dia beli obat, ada orang-orang yang memukukulinya dan obat yang sudah dia beli dengan susah payah itu pun ikut hancur berserakan. Radit tahu bahwa orang-orang tadi adalah karma, waktu dulu dia sempat mencuri HP orang di sebuah restoran. Radit pun menangis, hatinya hancur. Dia merasa tak sanggup lagi.

Radit menemani Jani selama beberapa hari di RS. Hingga akhirnya Jani sudah boleh pulang kaena keadaannya membaik. Radit mengajak Jani makan enak di satu cafe dan berjanji bahwa mereka akan pindah ke rumah baru yang lebih besar dan gak ada tangganya biar Jani gak kesusahan naik turun tangga dengan perutnya yang besar. Tengah-tengah makan, Radit ijin ngerokok sebentar di luar cafe. Jani menunggu Radit, tapi dia gak kembali-kembali sampai setengah jam lebih. Tiba-tiba papa, mama, dan Abi datang memeluk Jani. Mamanya menangis, mereka sudah sangat merindukan Jani. Jani bingung karena Radit tetap gak kembali. Akhirnya papa Jani memberi tahu Jani apa yang sebenarnya terjadi. Dia memberikan sebuah surat untuk Jani. Itu adalah surat dari Radit. Ternyata Radit menyerah, dia kalah. Dia gak bisa membahagiakan Jani. Radit sudah mengembalikkan Jani ke keluarganya. Rupanya dulu keluarga Jani pernah menjanjikan Radit, kalo dia bersedia meninggalkan Jani dan mengembalikan dia ke keluarganya, semua kebutuhan hidup Jani akan ditanggung keluarganya. Tapi dulu radit gak mau menyerahkan Jani. Sekarang dia sudah menyerah dan harus merelakan Jani. Hati Jani pun luluh lantak.

Anak Jani sudah lahir, namanya Kirana. Sesuai dengan nama yang diinginkan Radit waktu dulu mereka pernah diskusi tentang nama anak yang mereka inginkan. Radit melihat Kirana yang sedang tidur di ruang bayi. Air matanya menetes, dia sangat senang melihat anaknya yang sudah lahir dengan begitu polos dan gak berdosa. Mata Kirana sangat mirip dengan mata Radit. Setelah puas melihat Kirana, dia pun pergi.

Jani membersarkan Kirana, dia menikah lagi dengan seorang pria sehingga Kirana bisa tetap mempunyai sosok seorang ayah. Suatu hari saat main di taman, ada seorang anak laki-laki yang mendatangi Jani dan memberi sebuah surat dan CD. Ternyata semua itu dari Radit. Jani mendengarkan CD itu di mobil. Dia menangis terisak-isak, itu adalah lagu yang Radit buat dulu. Radit pernah janji, saat lagu itu sudah selesai, Jani lah yang akan menjadi orang pertama yang akan mendengarkannya. Lagu yang berjudul "Kalau Saja" itu menggambarkan kisah cinta mereka. Hati Jani terasa pedih dan penuh rasa sesal. Tangisan Kirana pun menyadarkan Jani. Tak lama mobilnya meluncur, menyongsong kenyataan hidup yang gak selamanya seindah impian.

Sedangkan Radit yang sekarang kembali hidup sebatang kara masih berusaha melawan jeratan setan yang ada pada dirinya. Dia bersusah payah untuk melawan. Dia lari ke club tempat ia bekerja dan mendapat pinjaman sebesar 3 juta dari bosnya. Radit naik ke dalam taxi dan ingin sekali pergi ke tempat Jani dan membuktikan bahwa dia sanggup membahagiakan Jani dan juga anak mereka. Tapi ketika taxi sudah semakin mendekati tempat Jani, benteng pertahanan Radit runtuh. Dia menggigil, jantungnya berdegup keras, dan keringat dinginnya mengucur deras, dia sakauw hebat. Radit pun menyuruh supir taxi putar balik ke tempat bandarnya biasa mangkal. "Maafkan aku Jani, aku kalah".

Cerita ini sangat menyentuh, tapi sayang ending-nya gak seperti yang aku harapkan. Kisah cinta Radit & Jani berbeda dengan kisah cinta yang lain. Mereka punya dunia mereka sendiri, dunia mereka berdua. Hidup mereka begitu merdeka, saling memiliki, tak punya rasa takut. Tapi sayang Radit gak bisa lepas dari jeratan narkoba dan mereka harus berpisah.  

Aku salut dengan Jani, di tengah keras dan pahitnya hidup, dia tetap gak mau ninggalin Radit. Dia gak pernah nyerah dan selalu berusaha keras. Begitu juga dengan Radit, meskipun sifatnya begitu posesif tapi dia sangat tulus mencintai Jani. Bahkan dia rela memberikan Jani kembali pada keluarganya demi kebahagiaan Jani. Akan sangat lebih baik ya kalo ending-nya Radit bisa lepas dari narkoba dan berhasil membahagiakan Jani, juga Kirana. Aku sangat berharap mereka tetap bersama selamanya dan keluarga Jani bisa menerima Radit seutuhnya. Tapi sayangnya ending-nya gak kayak gitu (◕︵◕)

No comments:

Post a Comment